Baru-baru ini saya membaca tulisan teman yang menjelaskan pendapatnya soal larangan menyabut nama Tuhan dengan sembarangan. Isinya sederhana tapi sangat nyelekit dan berhasil membuat saya berpikir tentang hal ini.
Kalau boleh jujur kita, manusia, sering banget dengan mudahnya ngucapin nama Tuhan. Yaaa…. coba inget-inget’lah. Kalau kata teman saya, dikit-dikit bilang “Ya Tuhan, Ya Robbi, Ya Allah, My God, My Lord…” dan sebagainya. Bahkan kalau kita ingat-ingat lagi, banyak juga orang yang ngomong “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar!” waktu lagi menganiaya orang lain.
Buset dah….kalau dipikir-pikir gampang banget kita nyebut nama Tuhan! Padahal coba deh buka lagi kitab sucinya, ada kok perintah buat ga nyebut nama Tuhan dengan sembarangan.
Kalo di Alkitab, coba deh buka Keluaran 20:7, “Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”
Kalo di Al-quran di Al-Baqarah 2:224, “Janganlah kamu jadikan Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa dan menjalankan ….. di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.”
(maap, yang di Al-Quran cuma tahu itu =p)
Hmmm…kalau dipikir-pikir napa ya Tuhan buat larangan ini? Udah tau mulut itu susaaaaaah……. banget ngontrolnya, masih aja dibuat perintah kayak gini. Saya juga sempat nanya kayak gitu kok.
Menurut saya, Tuhan membuat larangan ini bukan karena Tuhan gila hormat. Karena tanpa penghormatan dari kita pun Tuhan tetap jadi satu pribadi yang mampu membuktikan eksistensiNya (jiaaaaaahh…bahasanya…). Kalau ditanya tentang apa maksud Tuhan nyiptain perintah ini saya juga tidak tahu pasti, tapi yang saya yakin waktu kita menjalankan perintah Tuhan, yang manapun, itu menunjukkan bukti dari cinta kita (cieee..romantis euy!) ke Tuhan. Waktu kita ga sembarangan nyebutin nama Tuhan berarti kita sayang sama Tuhan. Tuhan ga butuh cinta dari kita, tapi Tuhan SUKA sama cinta yang kita kasih buat Dia. I think that’s the point. Jadi, sekali lagi, larangan ini bukan berarti menjadikan Tuhan sebagai something exclusive yang ga bisa dijangkau semua orang.
Well, Tuhan itu pribadi yang terbuka dan bisa dijangkau oleh siapa saja. Yap, itulah kemurahan Tuhan! Yaaaaa… intinya jangan menyalahgunakan kemurahan Tuhan. Tuhan itu murah hati, tapi bukan murahan.
Rabu, 27 Januari 2010
Selasa, 26 Januari 2010
...dan saya pun berpikir sejenak.
Baru-baru ini saya membaca tulisan teman. Tulisan sederhana yang diposting di note facebook. Judulnya Tuhan Murahan.
Hahaha. Ya... jujur yang pertama kali membuat saya membaca tulisan ini adalah judulnya yang nyeleneh. Tapi setelah saya membaca, isinya cukup membuat saya berpikir.
Inti dari tulisan ini adalah tentang kebiasaan orang mengumbar-umbar nama Tuhan di manapun. Ya di dunia maya, di dunia nyata.
Coba deh diinget-inget lagi. Seberapa sering kita nulis status yang ada kata Tuhannya... Belum lagi di dunia nyata, dikit-dikit ngomong, Ya Tuhan, My God, Ya Allah...
Ga masalah sih selama kita bisa nempatin omongan. Tapi kadang penyebutan nama Tuhan kita lakukan dengan sembarangan kan??
Coba cek
di Alkitab... Kel 20:7 ditulis "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan."
di Al-Qur'an...
Hahaha. Ya... jujur yang pertama kali membuat saya membaca tulisan ini adalah judulnya yang nyeleneh. Tapi setelah saya membaca, isinya cukup membuat saya berpikir.
Inti dari tulisan ini adalah tentang kebiasaan orang mengumbar-umbar nama Tuhan di manapun. Ya di dunia maya, di dunia nyata.
Coba deh diinget-inget lagi. Seberapa sering kita nulis status yang ada kata Tuhannya... Belum lagi di dunia nyata, dikit-dikit ngomong, Ya Tuhan, My God, Ya Allah...
Ga masalah sih selama kita bisa nempatin omongan. Tapi kadang penyebutan nama Tuhan kita lakukan dengan sembarangan kan??
Coba cek
di Alkitab... Kel 20:7 ditulis "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan."
di Al-Qur'an...
Senin, 25 Januari 2010
...dan kenyataannya saya memang bukan anak yang cantik. So?!
Hmmmm... ga semua orang lahir dengan wajah cantik. Tapi setiap orang, apalagi cewek, pasti pengen dibilang cantik. Yaaa... setidaknya dibilang cantik sama orang-orang terdekat. Yaaa sahabat, keluarga, pacar... Siapapun'lah yang masih termasuk kategori orang-orang tersekat.
Waktu itu sekitar kelas 6 SD. Hahaha. Ceritanya waktu mau pergi ikut ibadah pagi di gereja. Buat sebagian besar orang tampil cantik di gereja itu perlu, tapi buat aku itu bukan hal yang penting. Hahaha, secara waktu itu aku masi tomboy banget, jangankan make rok, make bedak aja susahnya minta ampun. Dan kejadian tidak mengenakkan kali ini berhubungan dengan bedak (GOSH!)Yap, mama minta supaya aku make bedak lagi & aku nolak. Mama langsung marah, lantas ngomong "Kamu pikir kamu cantik?!"
Yaaa.. setelah mama ngomong gitu aku cuma diam. Dan mikir, emangnya kenapa kalo ga cantik dan aku juga mikir emangnya mama cantik apa!
Hahaha. Kalo boleh jujur waktu itu aku marah banget (dan sampai sekarang) sama mama. Aku nyadar kok kalo aku bukan anak yang cantik, tapi kenapa kudu dijadiin masalah. Mungkin orang lain bakal bilang aku yang hiperbol, tapi menurutku wajar-wajar aja aku pengen dibilang cantik sama orangtuaku sendiri. Dan sepertinya hampir semua orangtua bilang anaknya cantik biarpun sebenarnya dia ga cantik.
Tapi bersyukur juga sempat ngalamin kejadian ga enak kayak gitu. Setidaknya ada dua hal yang aku pelajari dari kejadian konyol tadi.
Yang pertama kudu hati-hati sama omongan. Mungkin kita sering ga sadar sama omongan sendiri, ga nutup kemumgkinan omongan kita yang sering kita anggap "bercanda" atau "keceplosan" itu bisa bikin orang down. Aku ngalami sendiri. Omongan itu bisa bikin orang lain jadi kehilangan gambar diri. Makanya kudu hati-hati. Jangan sampai hidup orang lain rusak gara-gara omongan kita.
Yang kedua, aku jadi mikir kalo everthing has its beauty, but not everyone sees it. Yap, ga masalah kalo aku ga terlahir jadi orang yang cantik. Tapi setiap orang punya its beauty sendiri. Gampangnya gini, mungkin aku bukan orang yang cantik. Tapi aku masih punya kelebihan. Dan ga semua orang punya apa yang aku miliki itu, termasuk orang cantik.
Yaaa.. aku mulai belajar kalau setiap orang punya kelebihan yang jadi bagiannya masing-masing. Mungkin buat orang lain kelebihan kita itu bukan something eyecatching yang menarik perhatian, tapi disyukuri ajalah. Ga ada salahnya mensyukuri setiap hal. Toh, jadi orang jelek juga ga dosa kan ? :p
Bless all !!
Waktu itu sekitar kelas 6 SD. Hahaha. Ceritanya waktu mau pergi ikut ibadah pagi di gereja. Buat sebagian besar orang tampil cantik di gereja itu perlu, tapi buat aku itu bukan hal yang penting. Hahaha, secara waktu itu aku masi tomboy banget, jangankan make rok, make bedak aja susahnya minta ampun. Dan kejadian tidak mengenakkan kali ini berhubungan dengan bedak (GOSH!)Yap, mama minta supaya aku make bedak lagi & aku nolak. Mama langsung marah, lantas ngomong "Kamu pikir kamu cantik?!"
Yaaa.. setelah mama ngomong gitu aku cuma diam. Dan mikir, emangnya kenapa kalo ga cantik dan aku juga mikir emangnya mama cantik apa!
Hahaha. Kalo boleh jujur waktu itu aku marah banget (dan sampai sekarang) sama mama. Aku nyadar kok kalo aku bukan anak yang cantik, tapi kenapa kudu dijadiin masalah. Mungkin orang lain bakal bilang aku yang hiperbol, tapi menurutku wajar-wajar aja aku pengen dibilang cantik sama orangtuaku sendiri. Dan sepertinya hampir semua orangtua bilang anaknya cantik biarpun sebenarnya dia ga cantik.
Tapi bersyukur juga sempat ngalamin kejadian ga enak kayak gitu. Setidaknya ada dua hal yang aku pelajari dari kejadian konyol tadi.
Yang pertama kudu hati-hati sama omongan. Mungkin kita sering ga sadar sama omongan sendiri, ga nutup kemumgkinan omongan kita yang sering kita anggap "bercanda" atau "keceplosan" itu bisa bikin orang down. Aku ngalami sendiri. Omongan itu bisa bikin orang lain jadi kehilangan gambar diri. Makanya kudu hati-hati. Jangan sampai hidup orang lain rusak gara-gara omongan kita.
Yang kedua, aku jadi mikir kalo everthing has its beauty, but not everyone sees it. Yap, ga masalah kalo aku ga terlahir jadi orang yang cantik. Tapi setiap orang punya its beauty sendiri. Gampangnya gini, mungkin aku bukan orang yang cantik. Tapi aku masih punya kelebihan. Dan ga semua orang punya apa yang aku miliki itu, termasuk orang cantik.
Yaaa.. aku mulai belajar kalau setiap orang punya kelebihan yang jadi bagiannya masing-masing. Mungkin buat orang lain kelebihan kita itu bukan something eyecatching yang menarik perhatian, tapi disyukuri ajalah. Ga ada salahnya mensyukuri setiap hal. Toh, jadi orang jelek juga ga dosa kan ? :p
Bless all !!
...dan malam itu saya melihatnya tergeletak di dapur !!
Yaaa.. bagaimana rasanya melihat ayah sendiri tergeletak karena mencoba bunuh diri? Well, malam itu rasanya ga karuan. Ga tau persis kejadiannya kapan, yang jelas sekitar jam 9 ato 10 malam, mama tiba-tiba menjerit ngeliat papa yang udah ga sadar. Di sebelahnya ada botol whisky, uang yang berserakan dan botol BAYGON!
Lemes dah ngeliat si papa pake acara bunuh diri segala. Di gelas aku bisa nyium samar-samar baunya whisky yang jadi satu dengan BAYGON. Waduuuh!!
Waktu itu aku tanya kenapa papa ngelakuin ini dan jawabannya masih bener-bener aku inget sampai sekarang. “Mamamu jahat, Dek.” Well, speechless. Papa bilang kalau mama selalu ngungkit-ngungkit masalah selingkuh papa. Papa juga bilang kalau papa selama ini dikejar-kejar debt collector. What?! Yap, he was totally stress ! Papa nangis sepanjang malam. Dan aku berpikir sepanjang malam. Berpikir kalau ternyata hidup itu benar-benar udah jauh dari apa yang aku bayangkan dulu.
Kalau boleh jujur, aku sedikit kecewa dengan tindakan papa. Kenapa di saat keluarga lagi benar-benar kacau begini papa justru jadi orang yang paling lemah? Dan bukan cuma papa, aku jga kecewa dengan mama, kenapa di saat papa lagi down mama justru semakin ngejatuhin mental papa dengan ngungkit-ngungkit masalah yang dulu dan bikin keadaan tambah parah? Kecewa juga sama keadaan yang nuntut papa untuk berhutang banyak sampek dikejar-kejar kayak gini.
Besok paginya papa tetap ke kantor. Papa juga tetap nganterin aku ke sekolah. Tapi ada kejadian yang bikin aku tambah speechless. Waktu papa mau keluar rumah,papa ngambil mandau (di rumah dijadiin hiasan). Papa bilang papa takut, makanya bawa mandau buat jaga-jaga. Aku mulai bayangin kalau tiba-tiba di tengah jalan papa ketemu sama debt collector yang ngejar-ngejar papa dan…..
Well, aku bener-bener sadar kalau hidupku mulai ga nyaman lagi. Kalau boleh milih aku bakal minta ke Tuhan buat bisa tetap stay di hidupku yang nyaman, yang ga perlu mikir & ngadepin macem-macem. Tapi aku sadar sudah seharusnya aku keluar dan berani buat ngadepin semuanya, terus-terusan stay di zona nyaman cuma bakal bikin hidupku stuck, nothing special karena ga ada yang aku pelajari. If we’re growing, we’re always going out from our comfort zone.
Lemes dah ngeliat si papa pake acara bunuh diri segala. Di gelas aku bisa nyium samar-samar baunya whisky yang jadi satu dengan BAYGON. Waduuuh!!
Waktu itu aku tanya kenapa papa ngelakuin ini dan jawabannya masih bener-bener aku inget sampai sekarang. “Mamamu jahat, Dek.” Well, speechless. Papa bilang kalau mama selalu ngungkit-ngungkit masalah selingkuh papa. Papa juga bilang kalau papa selama ini dikejar-kejar debt collector. What?! Yap, he was totally stress ! Papa nangis sepanjang malam. Dan aku berpikir sepanjang malam. Berpikir kalau ternyata hidup itu benar-benar udah jauh dari apa yang aku bayangkan dulu.
Kalau boleh jujur, aku sedikit kecewa dengan tindakan papa. Kenapa di saat keluarga lagi benar-benar kacau begini papa justru jadi orang yang paling lemah? Dan bukan cuma papa, aku jga kecewa dengan mama, kenapa di saat papa lagi down mama justru semakin ngejatuhin mental papa dengan ngungkit-ngungkit masalah yang dulu dan bikin keadaan tambah parah? Kecewa juga sama keadaan yang nuntut papa untuk berhutang banyak sampek dikejar-kejar kayak gini.
Besok paginya papa tetap ke kantor. Papa juga tetap nganterin aku ke sekolah. Tapi ada kejadian yang bikin aku tambah speechless. Waktu papa mau keluar rumah,papa ngambil mandau (di rumah dijadiin hiasan). Papa bilang papa takut, makanya bawa mandau buat jaga-jaga. Aku mulai bayangin kalau tiba-tiba di tengah jalan papa ketemu sama debt collector yang ngejar-ngejar papa dan…..
Well, aku bener-bener sadar kalau hidupku mulai ga nyaman lagi. Kalau boleh milih aku bakal minta ke Tuhan buat bisa tetap stay di hidupku yang nyaman, yang ga perlu mikir & ngadepin macem-macem. Tapi aku sadar sudah seharusnya aku keluar dan berani buat ngadepin semuanya, terus-terusan stay di zona nyaman cuma bakal bikin hidupku stuck, nothing special karena ga ada yang aku pelajari. If we’re growing, we’re always going out from our comfort zone.
Minggu, 24 Januari 2010
If Everyone Had a Father Like You
If everyone had a father
Who was more like you,
There’d be more laughing, joy and singing;
Fewer people would be blue.There’d be much more understanding;
Crime and hate could not prevail.
We’d all be so contented,
We wouldn’t need a jail.If everyone had a father
Who was more like you,
The whole world would be blessed,
Just as I am blessed with you.
(Karl Fuchs)
...dan saya mulai belajar !!
Hiii !! Hahahaha… Sebenarnya seumur hidup baru kali ini buat blog sendiri.Yaaah… biasanya juga cuma blog walking, masuk dari satu blog ke blog lain. Jujur awalnya masih belum yakin harus nulis apa dan sebenarnya sampai sekarang masih belum yakin juga sih, but let me try. Hahaha.
Well, can you imagine how your answer is if someone ask you to tell about your life ?? Sampai sekarang aku juga masih belum yakin harus jawab apa.. Tentang apa yang bisa kamu banggain dalam hidup, tentang apa yang udah kamu raih, tentang mimpi-mimpi atau apa pun !
Awalnya aku ragu buat jawab karena aku sendiri ga tau sebenarnya hidup itu seperti apa dan harus seperti apa. Hahaha. Aneh sih, tapi aku yakin ada banyak orang yang punya pikiran kayak gitu juga.
I was born in happy family. Terlalu bahagia sampai akhirnya aku yakin kalo hidup itu memang harus selalu bahagia. Hahaha. Anak-anak banget mikirnya, tapi sekitar kelas 4 atau 5 SD aku dipaksa buat ngebuang semua pikiran kayak gitu, pikiran yang nganggap life is fairytale, pikiran yang nganggap kalau hidup bakal selalu berjalan sesuai dengan apa yang aku mau.
Papa ketahuan had a cheat with his secretary. Wiii. Klasik banget temen selingkuhnya! Tapi hal ini cukup buat keluarga berantakan untuk waktu yang lama. Pertama kali lihat mama nangis ngadepin ini semua, aku mulai nyadar kalau hal-hal yang selama aku yakinin bukan hal-hal yang seharusnya aku yakinin. Awalnya memang berat, tapi mau ga mau harus dijalanin. Papa sempat lari dari rumah. Ga lama, cuma seminggu. Selama papa ga ada di rumah aku cuma persiapin apapun kemungkinannya. Papa ga pulang, orangtua pisah, papa meninggal, apapun segala hal jelek. Papa sempat nelfon ke rumah. Waktu aku bicara sama papa, aku inget waktu itu aku ngomong kalau aku mau waktu papa pulang nanti, papa bawain coklat buat aku. Sebenarnya kalau boleh jujur, waktu itu aku pengen teriak minta papa pulang, pengen teriak kalau aku ga mau mereka berantem-berantem kayak gini terus. Tapi aku cuma mau nunjukin ke papa kalau aku ga mau maksa, kalau aku mau ngasih waktu ke papa. Hahaha. Dan malamnya aku nangis di tempat tidur. Aku ga yakin waktu itu minta ke siapa, tapi aku minta papa pulang.
Dan papa pulang, beneran pulang! Aku ga kecewa papa pulang ga bawa coklat. Sebenarnya waktu itu aku belum suka sama yang namanya coklat (aneh ya?!), aku cuma pengen papa pulang. Aku juga ga ngerti kenapa ngomong ke papa kalau aku pengen coklat, mungkin cuma mau nunjukin ke papa kalau separah apa pun keadaan di rumah aku tetap jadi anak kecil yang normal, yang bahagia, yang ga mikir macem-macem soal hidup.
Hidup ga bakal selalu seperti yang aku harap. Banyak orang lari waktu hidupnya mulai ga berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Dan yang aku pelajari bahwa aku ga bisa maksa orang buat cepat kembali. Yang harus aku lakuin adalah kasih waktu buat orang itu. Waktu itu aku pengen papa cepat pulang, tapi buat aku aja hal ini bener-bener berat, apalagi buat papa. Aku sadar waktu itu aku harus nahan ego, yaa….berkorban’lah! Berkorban buat nahan perasaan, berkorban buat sementara waktu ga bisa kayak anak-anak lainnya, berkorban buat ngertiin perasaannya papa, berkorban buat jadi dewasa, yang notabene merupakan hal-hal yang menurutku belum waktunya aku lakukan.
Hmmm… sejak kejadian itu aku jadi belajar satu hal, kadang kita harus berkorban supaya orang lain bisa ngelanjutin hidup. Aku juga ga tau pengorbananku itu bakal sia-sia atau ga. Tapi aku sadar hidup itu perlu berkorban, karena yang berhak hidup bukan cuma aku, masih ada orang lain yang juga punya hak buat hidup.
Sacrificing your happiness for the happiness of the one you love, is by far, the truest type of love. Yap, I think that’s the point! Good day all.
Well, can you imagine how your answer is if someone ask you to tell about your life ?? Sampai sekarang aku juga masih belum yakin harus jawab apa.. Tentang apa yang bisa kamu banggain dalam hidup, tentang apa yang udah kamu raih, tentang mimpi-mimpi atau apa pun !
Awalnya aku ragu buat jawab karena aku sendiri ga tau sebenarnya hidup itu seperti apa dan harus seperti apa. Hahaha. Aneh sih, tapi aku yakin ada banyak orang yang punya pikiran kayak gitu juga.
I was born in happy family. Terlalu bahagia sampai akhirnya aku yakin kalo hidup itu memang harus selalu bahagia. Hahaha. Anak-anak banget mikirnya, tapi sekitar kelas 4 atau 5 SD aku dipaksa buat ngebuang semua pikiran kayak gitu, pikiran yang nganggap life is fairytale, pikiran yang nganggap kalau hidup bakal selalu berjalan sesuai dengan apa yang aku mau.
Papa ketahuan had a cheat with his secretary. Wiii. Klasik banget temen selingkuhnya! Tapi hal ini cukup buat keluarga berantakan untuk waktu yang lama. Pertama kali lihat mama nangis ngadepin ini semua, aku mulai nyadar kalau hal-hal yang selama aku yakinin bukan hal-hal yang seharusnya aku yakinin. Awalnya memang berat, tapi mau ga mau harus dijalanin. Papa sempat lari dari rumah. Ga lama, cuma seminggu. Selama papa ga ada di rumah aku cuma persiapin apapun kemungkinannya. Papa ga pulang, orangtua pisah, papa meninggal, apapun segala hal jelek. Papa sempat nelfon ke rumah. Waktu aku bicara sama papa, aku inget waktu itu aku ngomong kalau aku mau waktu papa pulang nanti, papa bawain coklat buat aku. Sebenarnya kalau boleh jujur, waktu itu aku pengen teriak minta papa pulang, pengen teriak kalau aku ga mau mereka berantem-berantem kayak gini terus. Tapi aku cuma mau nunjukin ke papa kalau aku ga mau maksa, kalau aku mau ngasih waktu ke papa. Hahaha. Dan malamnya aku nangis di tempat tidur. Aku ga yakin waktu itu minta ke siapa, tapi aku minta papa pulang.
Dan papa pulang, beneran pulang! Aku ga kecewa papa pulang ga bawa coklat. Sebenarnya waktu itu aku belum suka sama yang namanya coklat (aneh ya?!), aku cuma pengen papa pulang. Aku juga ga ngerti kenapa ngomong ke papa kalau aku pengen coklat, mungkin cuma mau nunjukin ke papa kalau separah apa pun keadaan di rumah aku tetap jadi anak kecil yang normal, yang bahagia, yang ga mikir macem-macem soal hidup.
Hidup ga bakal selalu seperti yang aku harap. Banyak orang lari waktu hidupnya mulai ga berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Dan yang aku pelajari bahwa aku ga bisa maksa orang buat cepat kembali. Yang harus aku lakuin adalah kasih waktu buat orang itu. Waktu itu aku pengen papa cepat pulang, tapi buat aku aja hal ini bener-bener berat, apalagi buat papa. Aku sadar waktu itu aku harus nahan ego, yaa….berkorban’lah! Berkorban buat nahan perasaan, berkorban buat sementara waktu ga bisa kayak anak-anak lainnya, berkorban buat ngertiin perasaannya papa, berkorban buat jadi dewasa, yang notabene merupakan hal-hal yang menurutku belum waktunya aku lakukan.
Hmmm… sejak kejadian itu aku jadi belajar satu hal, kadang kita harus berkorban supaya orang lain bisa ngelanjutin hidup. Aku juga ga tau pengorbananku itu bakal sia-sia atau ga. Tapi aku sadar hidup itu perlu berkorban, karena yang berhak hidup bukan cuma aku, masih ada orang lain yang juga punya hak buat hidup.
Sacrificing your happiness for the happiness of the one you love, is by far, the truest type of love. Yap, I think that’s the point! Good day all.
